Selasa, 13 April 2021

PEMBELAJARAN ONLINE

 Nama : Meilani Wahyu Putri

Nim : 11901316

Kelas : PAI 4B

Makul : Magang 1

Bahasa inggris adalah salah satu bahasa

yang di pelajari di seluruh dunia karena bahasa

inggris merupakan bahasa international yang

mencakup semua aspek global baik untuk anakanak, pertukaran mahasiswa ke perguruan

tinggi luar negeri, pengusaha,pedagang besar,

atau pejabat tinggi. Manfaat mempelajari

bahasa inggris sendiri tidak terlalu jauh dengan

tujuannya, hanya saja sebagai manfaat tentunya

hal ini diartikan lebih spesifik. Dengan

menguasai bahasa inggirs seseorang dapat

berkomunikasi lebih jauh, sehingga

wawasannya dalam teknologi informasi sendiri

akan lebih terbuka dan dengan itu pastinya

seorang IT telah memiliki modal besar untuk

melangkah dalam dunia yang kemajuan

teknologinya selalu bergerak maju.

Sebagai sarana komunikasi global,

bahasa Inggris harus dikuasai secara aktif baik

lisan maupun tulisan. Tidaklah mustahil

perkembangan teknologi yang semakin pesat

menuntut kita untuk lebih proaktif dalam

menanggapi arus informasi global sebagai aset

dalam memenuhi kebutuhan pasar. Sebagai

bahasa pergaulan dunia bahasa Inggris bukan hanya sebagai kebutuhan akademis karena

penguasaannya hanya terbatas pada aspek

pengetahuan bahasa melainkan sebagai media

komunikasi global.

Seiring dengan perkembangan jaman,

penggunaan TIK khususnya internet untuk

pendidikan di Indonesia terus berkembang.

Pengembangan pendidikan menuju e-learning

merupakan suatu keharusan agar standar mutu

pendidikan dapat ditingkatkan, karena elearning merupakan penggunaan teknologi

internet dalam penyampaian pembelajaran

dalam jangkauan luas yang berlandaskan tiga

kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan

jaringan dengan kemampuan untuk

memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan

membagi materi ajar atau informasi, (2)

pengiriman sampai ke pengguna terakhir

melalui komputer dengan menggunakan

teknologi internet yang standar, (3)

memfokuskan pada pandangan yang paling luas

tentang pembelajaran di balik paradigma

pembelajaran tradisional, dengan demikian

urgensi teknologi informasi dapat dioptimalkan

untuk pendidikan (Rosenberg, 2001:28).

Menurut Arikunto (1993:38) bahwa

guru diharapkan sanggup menciptakan proses

pembelajaran yang berkualitas tinggi sehingga

mampu menghasilkan prestasi belajar siswa.

Tugas utama seorang guru adalah untuk

membantu siswa dalam belajar. Ada 3 fungsi

yang dapat diperankan guru dalam

pembelajaran, yakni : (1) sebagai perancang

pembelajaran, (2) pengelola pembelajaran, dan

(3) evaluator pembelajaran. Sebagai perancang

atau perencana pembelajaran, seorang guru

diharapkan mampu merancang pembelajaran

agar dapat terlaksana secara efektif dan efisien,

untuk itu guru dituntut memiliki pengetahuan

yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar

sebagai dasar untuk merancang kegiatan

pembelajaran dengan memilih media

pembelajaran, merumuskan tujuan, memilih

bahan, memilih metode/pendekatan dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Sebagai

pengelola pembelajaran seorang guru harus

mampu mengelola seluruh proses kegiatan

pembelajaran dengan menciptakan kondisi

belajar yang dinamis dan kondusif, sehingga

guru dituntut secara terus menerus memantau

hasil belajar yang telah dicapai siswa dan selalu

berusaha meningkatkannya.

Melalui E-Learning Moodle (Modular

Object Oriented Dynamic Learning

Environment) yang merupakan salah satu dari

Learning Management System (LMS)

diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses

belajar mengajar, meningkatkan motivasi,

memfasilitsasi belajar aktif, memfasilitasi

belajar eksperimental, konsisten dengan belajar

berpusat pada siswa, memandu belajar lebih

baik, serta belajar dengan keinginan sendiri dan

dengan kecepatan yang disesuaikan sendiri

meningkatkan pemahaman akan isi (MPB TIK

2010).

Banyak pengertian tentang belajar

yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya

adalah pengertian yang dikemukakan oleh

Thorndike (1911, 60) “ proses belajar adalah

trial and error learning (beajar dari uji coba),

atau yang disebut sebagai selecting and

connecting (pemilihan dan pengaitan)”. Teori

ini sering pula disebut “trial and error

learning” individu yang belajar melakukan

kegiatan melalui proses “trial and error” dalam

rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus

tertentu. Dari eksperimen yang dilakukan oleh

Thorndike, ia menemukan hukumnya yaitu : 1)

law of readiness : jika reaksi terhadap stimulus

didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan “reward” 3) law of effect : apabila  terjadi hubungan antara stimulus dan respon,dan dibarengi dengan “state of affair” yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang Definisi lain tentang belajar dikemukakan oleh Morgan dan kawan-kawan (1986, 58) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Apa yang dikemukakan oleh Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh para ahli lainnya yang menyatakan bahwa belajar sebagai proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertenetu atau karena adanya proses yang terjadinyan internal di dalam diri seseorang Perubahan tersebut tidak terjadi karena adanya warisan genetic, atau respon secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisma yang bersifat temporer, sepengaruh obatrti misalnya karena kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Serta dapat merupakan perubahan dalam pemahaman, tingkahlaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuannya.. Djiwandono (2006:173) mengatakan

beberapa keuntungan penting dari belajar

menemukan (discovery learning). Pertama,

discovery learning menimbulkan keingintahuan

siswa, dapat memotivasi mereka untuk

melanjutkan pekerjaan sampai mereka

menemukan jawaban-jawaban. Kedua,

pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan

menyelesaikan masalah secara mandiri dan

memaksa siswa untuk menganalisis dan

memanipulasi informasi dan tidak hanya

menyerap secara sederhana saja.

Sementara menurut Gagne, belajar

tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara

alamiah tetapi hanya akan terjadi dengan

adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi

(1) internal, yang antara lain menyangkut

kesiapan pebelajar dan apa yang telah dipelajari

sebelumnya (prerequisite), (2) eksternal, yang

merupakan situasi belajar dan penyajian stimuli

yang secara sengaja diatur oleh guru dengan

tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap

jenis hasil belajar memerlukan kondisi-kondisi

tertentu yang perlu diatur dan dikontrol

(Reigeluth, 1983:81).

Menurut teori sibernetik, belajar adalah

pengolahan informasi. Menurut teori ini yang

terpenting adalah sistem informasi dari apa

yang akan dipelajari pebelajar. Sedangkan

bagaimana proses belajar akan berlangsung,

akan sangat ditentukan oleh sistem informasi

ini. Oleh karena itu teori ini berasumsi bahwa

tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal

untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat

ditentukan oleh sistem informasi. Dalam

bentuknya yang lebih praktis, teori ini telah

dikembangkan antara lain oleh Landa dalam

bentuk pendekatan “algoritmik dan heuristic”.

Proses berpikir algoritmik yaitu proses berpikir

yang sistematis, tahap demi tahap, linier,

konvergen, lurus menuju satu target tujuan

tertentu. Contoh proses algoritmis adalah:

kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil,

dan lain-lain. Sedangkan cara berpikir heuristic

adalah cara berpikir divergen, menuju ke

beberapa target tujuan sekaligus. Memahami

suatu konsep yang mengandung arti ganda dan

penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk

menggunakan cara berpikir heuristic. Contoh

proses berpikir heuristic adalah: operasi

pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara

pemecahan masalah (Reigeluth, 1983:163).

Gordon dan Jeannette (2001:107)

mengatakan belajar seharusnya memiliki tiga

tujuan yaitu : (1) mempelajari keterampilan dan

pengetahuan tentang materi-materi pelajaran

spesifik, (2) mengembangkan kemampuan

konseptual umum, mampu belajar menerapkan

konsep yang sama atau yang berkaitan dengan

bidang-bidang lain, (3) mengembangkan

kemampuan dan sikap pribadi yang secara

mudah dapat digunakan dalam segala tindakan.

Dari beberapa konsep belajar di atas,

pada dasarnya belajar adalah suatu proses yang

menyangkut perubahan tingkah laku,

bertambahnya pengetahuan, keterampilan dan

sikap di mana dalam hal ini berupa fisik, mental

dan emosional akibat adanya interaksi yang

dilakukan dengan lingkungannya. Oleh sebab

itu, jika seseorang yang sedang melakukan

aktivitas belajar dan di akhir aktivitasnya telah

memperoleh perubahan dalam dirinya dengan

pengalaman baru, maka individu itu dapat

dikatakan telah mengalami proses belajar.

Perubahan inilah yang sering disebut sebagai

hasil belajar.

Perubahan perilaku akibat dari belajar

sering disebut sebagai hasil belajar. Arikunto

(2002:132) menyatakan bahwa hasil belajar

seseorang dapat berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Seseorang yang sudah

belajar akan mengalami terjadinya perubahan

dalam dirinya dalam bentuk pengetahuan,

keterampilan dan sikap.

Djiwandono (2009:210) menegaskan

pendapat Bloom, bahwa ranah kognitif terdiri

dari : pengetahuan, penerapan, analisis, sintesis

dan evaluasi. Kemampuan pada ranah afektif

meliputi : penerimaan, partisipasi / tanggapan,

penghargaan / penentuan, sikap / penilaian,

pengorganisasian nilai dan pemeranan.

Kemudian kemampuan pada ranah

psikomotorik, meliputi : persepsi gerakan,

Kata media berasal dari kata medium yang

secara harfiah artinya perantara atau pengantar.

Banyak pakar tentang media pembelajaran yang

memberikan batasan tentang pengertian media.

Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997

: 2) “media adalah segala bentuk yang

dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media

menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001 : 4) yaitu : “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”. Menurut Dabbagh dan Ritland (2005:15) pembelajaran online adalah sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi (alat bantu pendidikan), yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti.Media pembelajaran online dapat diartikan sebagai media yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna (user), sehingga pengguna (user) dapat mengendalikan dan mengakses apa yang menjadi kebutuhan pengguna, misalnya mengunduh sumber-sumber untuk materi Tenses pada pelajaran Bahasa Inggris . Keuntungan penggunaan media pembelajaran online adalah pembelajaran bersifat mandiri dan interaktivitas yang tinggi, mampu meningkatkan tingkat ingatan, memberikan lebih banyak pengalaman belajar, dengan teks, audio, video dan animasi yang semuanya digunakan untuk menyampaikan informasi, dan juga memberikan kemudahan menyampaikan, meng-update isi, mengunduh, para siswa juga bisa mengirim email kepada siswa lain,mengirim komentar pada forum diskusi,memakai ruang chat, hingga link video conference untuk berkomunikasi langsung Media pembelajaran offline dapat diartikan sebagai media yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol/navigasi yang dapat digunakan oleh pengguna (user). media ini berjalan secara berurutan (in sequence).Misalnya media persentasi yang pada umumnya tidak dilengkapi alat untuk mengontrol apa yang akan dilakukan oleh pengguna. Persentasi berjalan sekuensial sebagai garis lurus sehingga dapat disebut media linier dan biasanya digunakan bila jumlah audiens lebih dari satu orang, sebagai contoh dapat dapat diwujudkan dalam bentuk CD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar